Update NTT – Anggota DPRD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Yohanes Rumat, baru-baru ini mengunjungi SMAN 5 Poco Ranaka di Kabupaten Manggarai Timur dalam rangka reses masa sidang III tahun 2024-2025.
Kehadirannya bukan hanya sekadar memenuhi kewajiban, tetapi sebagai bentuk komitmen politik moral untuk meninjau langsung kondisi pendidikan di lapangan, yang sering kali tidak tercermin dalam laporan resmi.
Selama pertemuan tersebut, Yohanes mendengarkan langsung berbagai keluhan, kritik, dan harapan dari guru, siswa, dan kepala sekolah.
Salah satu isu yang paling mencolok adalah kondisi infrastruktur sekolah yang terbengkalai. Kepala SMAN 5 Poco Ranaka, Darius Ngkahar, menyampaikan bahwa meskipun pihak sekolah berusaha keras melalui swadaya dan niat baik guru-guru, fasilitas yang ada sangat terbatas.
Toilet siswa yang hanya berjumlah dua unit, pagar sekolah yang setengah jadi, dan ruang laboratorium yang belum tersedia menggambarkan ketimpangan yang terus terjadi di sektor pendidikan.
Bahkan, kondisi guru honorer yang terjebak dalam status R3 dan R4 menjadi sorotan utama.
Yohanes menegaskan bahwa ini adalah bukti bahwa pemerintah provinsi lamban dalam menjalankan regulasi dan alokasi dana yang sudah disediakan oleh pemerintah pusat.
“Guru-guru ini sudah mengabdi bertahun-tahun, memiliki sertifikat, dan mengikuti tes, namun tetap diabaikan. Ini bukan hanya kelalaian, tapi penghinaan terhadap pengabdian mereka,” ujar Yohanes.
Dalam forum tersebut, ada juga keluhan dari Rini Besa, seorang guru Bahasa Inggris yang telah bertahun-tahun mengajar, namun status kepegawaiannya belum jelas.
Meskipun sudah mengikuti seleksi PPPK dan memiliki sertifikat pendidik, ia tetap tidak mendapatkan formasi. Rini merasa ada diskriminasi dalam distribusi formasi untuk guru berdasarkan mata pelajaran.
Sementara untuk mata pelajaran lain seperti Matematika atau BK, formasi selalu tersedia dalam jumlah besar, namun untuk Bahasa Inggris, yang sangat penting dalam era digital saat ini, hanya sedikit formasi yang diberikan.
Sementara itu, dari sisi siswa, Ketua OSIS Regina turut berbicara mengenai kebutuhan mereka akan ruang UKS yang layak dan fasilitas olahraga yang memadai.
“Kami ingin ruang UKS yang bisa digunakan untuk merawat teman-teman yang sakit. Kami juga butuh fasilitas olahraga yang lebih baik untuk mengembangkan bakat kami,” ungkap Regina dengan tegas.
Selain itu, masalah program makan bergizi gratis (MBG) yang belum terlaksana juga menjadi perhatian, bahwa meskipun tahun ajaran baru sudah dimulai, sekolah mereka belum menerima informasi atau pelaksanaan program tersebut.
Hal ini menambah beban bagi siswa yang mengharapkan gizi yang layak di tengah keterbatasan fasilitas.
Yohanes Rumat dalam kesempatan itu menyerahkan bantuan fisik berupa 100 sak semen untuk pembangunan pagar sekolah dan alat-alat olahraga. Namun, ia menegaskan bahwa dukungan tersebut tidak cukup jika masalah-masalah mendasar dalam pendidikan tidak segera diatasi.
“Saya akan mengawal semua aspirasi yang disampaikan dalam reses ini. Masalah pendidikan harus menjadi perhatian serius, karena jika kita gagal membangun pendidikan, kita gagal membangun masa depan NTT,” ujar Yohanes.
Kehadiran Yohanes Rumat di SMAN 5 Poco Ranaka bukan hanya simbol perhatian, tetapi juga wujud nyata komitmennya untuk mengubah nasib pendidikan di daerah terpencil.
Kini, perhatian penuh dari pemerintah provinsi dan pusat diperlukan agar kesenjangan dalam sektor pendidikan tidak semakin melebar.***