Berita  

Cyber Patrol Temukan 184 Ribu Konten Radikal, Densus 88 Gencarkan Literasi Digital di NTT

Remaja NTT dibekali kemampuan mengenali dan menolak narasi intoleran di ruang digital

Cyber Patrol Temukan 184 Ribu Konten Radikal, Densus 88 Gencarkan Literasi Digital di NTT

Update NTT Tim Pencegahan Densus 88 Antiteror Polri terus memperkuat literasi digital di kalangan pelajar Nusa Tenggara Timur (NTT).

Upaya ini dilakukan menyusul temuan 184 ribu konten digital bermuatan intoleransi, radikalisme, dan terorisme dari hasil patroli siber sepanjang 2025.

Salah satu kegiatan edukatif digelar di SMAS St. Familia Wae Nakeng, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Sabtu (28/11/2025).

Ratusan siswa mengikuti pembekalan bertema “Membangun Ketahanan Diri Remaja dari Paparan Paham Intoleran, Radikalisme, Ekstremisme, Terorisme (IRET), dan Penyimpangan Seksual di Era Digital.”

Kegiatan itu dihadiri oleh Koordinator Tim Pencegahan Satgaswil NTT Densus 88, IPDA Silvester Guntur, bersama Kapolsek Lembor Ipda Vinsensius Hardi Bagus, Kepala Sekolah RD. Daniel Abdineri Ngabut, S.Fil, serta ratusan guru dan pelajar.

“Kami hadir bukan untuk menakut-nakuti, tapi melindungi dan memperkuat karakter generasi muda. Bahaya paham radikal justru sering datang dari hal yang terlihat sepele di dunia maya,” kata IPDA Silvester Guntur di hadapan para siswa.

Menurutnya, media sosial kini menjadi ruang yang paling rentan bagi remaja. Narasi kebencian, ujaran intoleransi, hingga ajakan kekerasan sering disamarkan dalam bentuk hiburan.

“Setiap kali kalian membuka ponsel, ada jutaan pesan yang masuk. Tidak semuanya membawa kebaikan. Karena itu, penting punya filter moral dan nasionalisme yang kuat,” ujarnya menegaskan.

Silvester menambahkan, potensi radikalisme di Indonesia masih berada di angka 11,7 persen, sementara di wilayah NTT sekitar 6,8 persen.

Karena itu, sejak 2020, Densus 88 mulai mengubah pendekatan dari operasi penindakan menjadi edukasi dan pencegahan.

“Dua tahun terakhir Indonesia mencapai zero attack — tidak ada serangan teror di dalam negeri. Ini hasil dari pendekatan persuasif, bukan represif,” ungkapnya.

Kepala Sekolah RD. Daniel Abdineri Ngabut menyampaikan apresiasi terhadap langkah Densus 88 yang mengedepankan edukasi.
“Intoleransi tidak selalu soal agama. Kadang tumbuh dari ketidaksediaan mendengar orang lain. Karena itu, pendidikan karakter dan empati jadi sangat penting,” katanya.

Dalam sesi tanya jawab, para siswa aktif mengajukan pertanyaan seputar hoaks penculikan anak, penghinaan agama, hingga pelecehan di media sosial.

IPDA Silvester menegaskan pentingnya verifikasi informasi sebelum membagikannya ke publik.

“Sebagian besar kabar penculikan yang viral di medsos adalah hoaks. Tujuannya menimbulkan kepanikan. Jadi, jangan asal share sebelum cek kebenaran,” ujarnya.

Kapolsek Lembor Ipda Vinsensius Hardi Bagus juga mengingatkan soal maraknya kasus perundungan dan pelecehan seksual di kalangan remaja.

“Bullying bukan hal sepele. Pelakunya bisa dijerat hukum, bahkan anak di bawah umur sekalipun,” tegasnya.

Kegiatan yang diikuti sekitar 890 siswa itu ditutup dengan pesan dari Kepala Sekolah agar para pelajar menjadikan literasi digital sebagai benteng moral di tengah derasnya arus informasi.

“Bangun Indonesia dari hati yang terbuka dan pikiran yang jernih. Gunakan teknologi untuk membangun, bukan menghancurkan,” pesannya.

Melalui kegiatan ini, Densus 88 berharap sekolah dapat menjadi ruang aman bagi remaja untuk tumbuh sebagai generasi tangguh, toleran, dan cerdas secara digital — generasi yang tidak mudah termakan narasi kebencian.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *