Inovasi Kelor, Perempuan Desa NTT Temukan Solusi Cerdas Atasi Stunting dengan Superfood Lokal

Produk Kelor, Superfood Lokal/ist

Updatentt.com – Nusa Tenggara Timur (NTT) kerap kali dihadapkan dengan tantangan besar dalam hal kemiskinan dan gizi buruk.

Provinsi ini, yang menempati posisi ketiga sebagai wilayah termiskin di Indonesia, juga mencatatkan angka stunting yang sangat tinggi—terutama di kalangan anak-anak.

Namun, di balik tantangan tersebut, muncul sebuah kisah inspiratif yang mengubah nasib banyak keluarga di NTT. Itu berawal dari tanaman kelor—atau Moringa oleifera—yang tumbuh subur di tanah NTT, meskipun tidak banyak dimanfaatkan secara optimal.

Kelor, yang dikenal sebagai salah satu superfood terbaik dunia, kini tidak hanya menjadi pakan ternak, tetapi juga disulap menjadi solusi inovatif yang dihasilkan oleh perempuan desa NTT untuk mengatasi masalah gizi buruk dan stunting.

Doni Parera, seorang penggagas program inovasi pangan lokal, mengatakan bahwa ia dan timnya ingin membuka mata masyarakat akan potensi besar kelor.

“Kelor mengandung banyak vitamin, mineral, dan protein yang sangat dibutuhkan tubuh. Tetapi, yang lebih penting adalah mempermudah masyarakat, terutama anak-anak, untuk mengonsumsinya,” ujarnya belum lama ini.

Puncak dari usaha ini adalah terciptanya dua produk unggulan berbahan dasar kelor: bubuk kelor yang dapat dicampurkan ke dalam berbagai hidangan sehari-hari, dan biskuit kelor yang menjadi camilan sehat bagi anak-anak.

Produk-produk ini dirancang agar mudah dikonsumsi oleh anak-anak dan keluarga, meskipun dengan keterbatasan waktu dan fasilitas.

“Kami menyadari bahwa perempuan desa adalah pahlawan kesehatan keluarga. Mereka lah yang memegang peranan penting dalam memastikan anak-anak mendapat asupan gizi yang cukup,” ujar Doni.

Oleh karena itu, program ini melibatkan perempuan desa melalui Koperasi Produksi Perempuan Desa Maju (KOPERSAMA), yang tidak hanya mengolah kelor menjadi produk konsumsi, tetapi juga mengedukasi mereka tentang pentingnya gizi untuk keluarga.

Kelor, yang selama ini lebih dikenal sebagai tanaman pakan ternak, kini justru menjadi bahan pangan bergizi tinggi yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa.

Faktanya, Doni mencatat, di beberapa desa, hewan ternak seperti babi dan kambing justru tampak gemuk dan sehat setelah mengonsumsi kelor, sementara anak-anak mereka malah mengalami gizi buruk dan stunting.

Produk kelor yang diciptakan oleh perempuan desa NTT melalui KOPERSAMA bukan hanya berfungsi sebagai solusi gizi, tetapi juga memberi peluang ekonomi bagi mereka.

Semua keuntungan yang dihasilkan dari usaha ini dikembalikan kepada anggota koperasi, memberdayakan perempuan desa untuk mandiri secara ekonomi.

Bubuk kelor dan biskuit kelor diberi merek Cap Tanjung Bendera, yang diambil dari nama destinasi wisata alam di Manggarai Timur, NTT.

Nama ini sekaligus menjadi simbol ajakan untuk lebih mencintai alam NTT yang kaya akan potensi, serta menjaga keberlanjutan sumber daya alam tersebut.

“Melalui produk ini, kami ingin membuka jalan bagi perempuan desa untuk lebih berdaya, bukan hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dalam hal pengetahuan tentang gizi dan kesehatan,” tambah Doni.

Dengan langkah kecil ini, Doni berharap dapat memberikan kontribusi dalam mencapai visi Indonesia Emas 2045.

Menurutnya, perbaikan gizi tidak harus selalu dimulai dari program besar dengan anggaran yang besar pula. Inovasi lokal, seperti yang dilakukan oleh perempuan-perempuan NTT ini, dapat membawa perubahan nyata yang lebih cepat dan lebih berdampak.

“Melalui produk kelor ini, kami ingin menunjukkan bahwa ada banyak cara untuk memberdayakan masyarakat, terutama perempuan, dan mengatasi masalah gizi dengan sumber daya yang ada di sekitar kita,” pungkas Doni.

Sebagai informasi, langkah ini adalah contoh nyata bagaimana kekayaan alam NTT, yang sering dianggap terabaikan, kini dapat diolah menjadi solusi gizi yang praktis, murah, dan efektif.

Dengan keterlibatan perempuan, bukan hanya anak-anak yang bisa mendapatkan manfaatnya, tetapi seluruh keluarga di desa-desa NTT.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *